Jumlah penderita diabetes di Amerika melonjak drastis, sebanyak 24 juta orang adalah penderita positif, sedangkan 57 juta orang lainnya adalah pre-diabetes. Mencegah wabah kegemukan adalah salah satu kunci membalikkan trend mengkhawatirkan ini. Di lain pihak, kemajuan dalam hal screening dan perawatan sangat membantu untuk menanganinya.
Menjalani screening sangatlah mudah. Dahulu, dokter melakukan tes glukosa darah setelah puasa ataupun tes toleransi glukosa. Tes glukosa darah setelah puasa mewajibkan pasien untuk tidak makan setidaknya 8 jam, sedangkan tes toleransi glukosa, yang mengharuskan pasien untuk menelan minuman bergula, memerlukan waktu setidaknya 2 jam. Level gula darah 126 mg/dL atau lebih tinggi pada salah satu tes ini mengindikasikan pasien mengalami diabetes.
Tetapi sekarang ada screening A1C, yaitu sebuah tes darah yang tidak memerlukan proses puasa tetapi mampu memberikan gambaran kadar gula darah dalam 3 bulan terakhir. Menurut Richard M. Bergenstal, MD, presiden obat dan sains untuk Asosiasi Diabetes Amerika (ADA), dahulu metode ini digunakan pada pasien penderita diabetes untuk menilai bagaimana perkembangan situasi mereka. Namun, awal tahun ini, ADA mulai merekomendasikan penggunaannya untuk proses diagnosa awal, karena prosesnya yang mudah dan hasilnya yang dapat diandalkan. Faktanya, tes ini lebih baik dalam mendeteksi pre-diabetes, karena Ia tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan pola makan ataupun olahraga dalam waktu yang singkat.
Obat-obatan baru dapat membantu pasien menurunkan berat badan. Ironisnya, beberapa obat yang digunakan menangani diabetes tipe-2, menyebabkan penambahan berat badan, yang berarti memperparah keadaan. Namun, dalam 5 tahun terakhir, beberapa obat diabetes yang telah menembus pasaran mampu menurunkan berat badan, atau setidaknya mencegah kenaikan berat badan. Obat-obat ini, termasuk Byetta dan Januvia, mempengaruhi hormon yangmembantu menurunkan kadar gula darah saat dalam keadaan abnormal tinggi. Selain itu, obat-obat ini juga berfungsi menurunkan nafsu makan pasien dalam waktu yang sama. Baiknya, obat ini digunakan pada tahap-tahap awal dari diabetes atau sangat efektif bila dikombinasikan dengan obat diabetes lainnya.
Pankreas buatan semakin mendekati pankreas asli. Banyak penderita diabetes tipe-1 memakai pompa insulin, yang memonitor kadar gula darah dan mengeliminasi injeksi. Tetapi, pasien masih perlu menentukan berapa banyak insulin yang diinjeksikan melalui pompa dan ini tidaklah mudah. Beberapa orang mencoba untuk menjaga kadar gula darah mereka agar tidak menurun terlalu drastis. Penurunan kadar gula darah yang drastis dapat menyebabkan serangan penyakit secara tiba-tiba atau bahkan berujung pada kematian. Apabila kadar gula darah terlalu tinggi, kebutaan ataupun kerusakan pada syaraf dapat terjadi. Sesuatu yang dinamakan pankreas buatan akan mengatasi hal tersebut dengan memonitor kadar gula darah secara berkala dan otomatis menginjeksi insulin dalam jumlah yang tepat, kata Aaron Kowalski, MD, PhD, seorang peneliti pada sebuah projek pankreas buatan.
Menjalani screening sangatlah mudah. Dahulu, dokter melakukan tes glukosa darah setelah puasa ataupun tes toleransi glukosa. Tes glukosa darah setelah puasa mewajibkan pasien untuk tidak makan setidaknya 8 jam, sedangkan tes toleransi glukosa, yang mengharuskan pasien untuk menelan minuman bergula, memerlukan waktu setidaknya 2 jam. Level gula darah 126 mg/dL atau lebih tinggi pada salah satu tes ini mengindikasikan pasien mengalami diabetes.
Tetapi sekarang ada screening A1C, yaitu sebuah tes darah yang tidak memerlukan proses puasa tetapi mampu memberikan gambaran kadar gula darah dalam 3 bulan terakhir. Menurut Richard M. Bergenstal, MD, presiden obat dan sains untuk Asosiasi Diabetes Amerika (ADA), dahulu metode ini digunakan pada pasien penderita diabetes untuk menilai bagaimana perkembangan situasi mereka. Namun, awal tahun ini, ADA mulai merekomendasikan penggunaannya untuk proses diagnosa awal, karena prosesnya yang mudah dan hasilnya yang dapat diandalkan. Faktanya, tes ini lebih baik dalam mendeteksi pre-diabetes, karena Ia tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan pola makan ataupun olahraga dalam waktu yang singkat.
Obat-obatan baru dapat membantu pasien menurunkan berat badan. Ironisnya, beberapa obat yang digunakan menangani diabetes tipe-2, menyebabkan penambahan berat badan, yang berarti memperparah keadaan. Namun, dalam 5 tahun terakhir, beberapa obat diabetes yang telah menembus pasaran mampu menurunkan berat badan, atau setidaknya mencegah kenaikan berat badan. Obat-obat ini, termasuk Byetta dan Januvia, mempengaruhi hormon yangmembantu menurunkan kadar gula darah saat dalam keadaan abnormal tinggi. Selain itu, obat-obat ini juga berfungsi menurunkan nafsu makan pasien dalam waktu yang sama. Baiknya, obat ini digunakan pada tahap-tahap awal dari diabetes atau sangat efektif bila dikombinasikan dengan obat diabetes lainnya.
Pankreas buatan semakin mendekati pankreas asli. Banyak penderita diabetes tipe-1 memakai pompa insulin, yang memonitor kadar gula darah dan mengeliminasi injeksi. Tetapi, pasien masih perlu menentukan berapa banyak insulin yang diinjeksikan melalui pompa dan ini tidaklah mudah. Beberapa orang mencoba untuk menjaga kadar gula darah mereka agar tidak menurun terlalu drastis. Penurunan kadar gula darah yang drastis dapat menyebabkan serangan penyakit secara tiba-tiba atau bahkan berujung pada kematian. Apabila kadar gula darah terlalu tinggi, kebutaan ataupun kerusakan pada syaraf dapat terjadi. Sesuatu yang dinamakan pankreas buatan akan mengatasi hal tersebut dengan memonitor kadar gula darah secara berkala dan otomatis menginjeksi insulin dalam jumlah yang tepat, kata Aaron Kowalski, MD, PhD, seorang peneliti pada sebuah projek pankreas buatan.
Berkat hasil percobaan yang sukses, pankreas buatan ini sekarang sedang diuji-coba di berbagai rumah sakit di Amerika. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di www.artificialpancreasproject.com.
Siapa yang harus di-screen?
Mulai dari yang berumur 45 tahun, semua orang harus dites untuk diabetes tipe-2. Tetapi, coba konsultasikan ke dokter pribadi untuk melakukan tes lebih awal jika beberapa faktor berikut ada pada anda:
• Ada bawaan diabetes dalam keluarga
• Jarang beraktivitas
• Kelebihan berat badan/obesitas
• HDL atau “kolesterol baik” di bawah 35 mg/dL
• Tekanan darah tinggi (140/90 mmHg atau lebih)
• Trigleserida tinggi (lebih dari 200 mg/dL)
• Diabetes selama masa kehamilan
• Mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS)
Diabetes Tipe-1 dan Tipe-2
Sampai saat ini, semua orang yang mengalami diabetes digolongkan pada 2 kategori ini.Tipe-1 adalah kondisi autoimmune di mana tubuh tidak memproduksi insulin yang sangat penting untuk menjaga kadar gula darah.Sedangkan tipe-2 merupakan bentuk yang lebih umum, yang banyak ditemukan pada orang dewasa yang mengalami kegemukan. Menurut penelitian dari Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Ginjal, sebanyak 10 persen orang yang dikategorikan menderita tipe-2, memiliki bentuk hibrida. Orang-orang dengan kondisi ini, dikategorikan ber-tipe 1.5 atau diabetes ganda. Penderita tipe 1.5 adalah anti terhadap insulin, yang berarti tubuh mereka tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi tubuh secara benar. Tetapi, penderita tipe ini mirip dengan tipe-1, di mana terdapat antibodi yang menunjukkan bahwa tubuh menyerang pankreas, kata Jerry Palmer, MD, direktur dari Diabetes Endocrinology Research Center di Universitas Washington ,Seattle, Amerika.
Jika Anda didiagnosa mengidap diabetes tipe-2 tetapi memilki keluarga yang bertipe-1, kurus, atau memilki masalah mengkontrol diabetes anda dengan obat oral, konsultasikan ke dokter anda jika anda perlu menjalani tes darah untuk kemungkinan tipe 1.5. Jika hasilnya positif, dokter anda mungkin perlu merekomendasikan penggunaan insulin untuk anda. (Erabaru/ana).
Siapa yang harus di-screen?
Mulai dari yang berumur 45 tahun, semua orang harus dites untuk diabetes tipe-2. Tetapi, coba konsultasikan ke dokter pribadi untuk melakukan tes lebih awal jika beberapa faktor berikut ada pada anda:
• Ada bawaan diabetes dalam keluarga
• Jarang beraktivitas
• Kelebihan berat badan/obesitas
• HDL atau “kolesterol baik” di bawah 35 mg/dL
• Tekanan darah tinggi (140/90 mmHg atau lebih)
• Trigleserida tinggi (lebih dari 200 mg/dL)
• Diabetes selama masa kehamilan
• Mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS)
Diabetes Tipe-1 dan Tipe-2
Sampai saat ini, semua orang yang mengalami diabetes digolongkan pada 2 kategori ini.Tipe-1 adalah kondisi autoimmune di mana tubuh tidak memproduksi insulin yang sangat penting untuk menjaga kadar gula darah.Sedangkan tipe-2 merupakan bentuk yang lebih umum, yang banyak ditemukan pada orang dewasa yang mengalami kegemukan. Menurut penelitian dari Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Ginjal, sebanyak 10 persen orang yang dikategorikan menderita tipe-2, memiliki bentuk hibrida. Orang-orang dengan kondisi ini, dikategorikan ber-tipe 1.5 atau diabetes ganda. Penderita tipe 1.5 adalah anti terhadap insulin, yang berarti tubuh mereka tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi tubuh secara benar. Tetapi, penderita tipe ini mirip dengan tipe-1, di mana terdapat antibodi yang menunjukkan bahwa tubuh menyerang pankreas, kata Jerry Palmer, MD, direktur dari Diabetes Endocrinology Research Center di Universitas Washington ,Seattle, Amerika.
Jika Anda didiagnosa mengidap diabetes tipe-2 tetapi memilki keluarga yang bertipe-1, kurus, atau memilki masalah mengkontrol diabetes anda dengan obat oral, konsultasikan ke dokter anda jika anda perlu menjalani tes darah untuk kemungkinan tipe 1.5. Jika hasilnya positif, dokter anda mungkin perlu merekomendasikan penggunaan insulin untuk anda. (Erabaru/ana).
Solusi nutrisi untuk mengatasi diabetes melitus, cara menurunkan gula darah, menormalkan gula darah dan makanan diabetes melitus gunakan nutrisi herbalife.